Sebuah Kejutan di Hari Ulang Tahun Ratna
Kejutan bisa datang dalam dua bentuk. Dalam bentuk yang menyenangkan atau dalam bentuk yang mengerikan. Sayangnya, kita tidak bisa memilih dan tidak pernah tahu kapan datangnya kejutan yang mana. Namanya juga kejutan. Seperti yang dialami Ratna beberapa hari yang lalu.
Pagi itu Ratna datang ke kantor dengan dandanan dan mood terbaiknya, melangkah dengan elegan menimbulkan efek slow motion di mata orang lain. Top notch! Efek dari kejutan yang dia dapatkan malam sebelumnya jelas masih tersisa dan tergambar jelas dari tampilan dan gayanya pagi itu. Itu adalah sebuah kejutan yang menyenangkan.
Suasa kantor pun seperti memahami suasana hati Ratna yang sedang berbunga-bunga dan memutuskan untuk berperan serta memeriahkan pagi itu. Semua staf, bahkan security dan office boy, yang dia temui sejak dari pintu gerbang kantor hingga masuk ruang kerjanya menyapa dengan riang dan segera dibalas dengan senyum terbaik oleh Ratna. Tumpukan dokumen yang menggunung di meja kerjanya yang menunggu approval dan review-nya pun tidak mampu menghapus senyum dari wajahnya. Pagi itu sempurna. Sempurna hingga pintu ruangannya diketuk. Tamu pertama Ratna pagi itu.
Sang Tamu adalah Ketua Tim Internal Control dari kantor pusat yang selama dua minggu terakhir mengaudit kantor cabang provinsi yang dikepalai Ratna. Ratna mempersilakan masuk, masih bisa berbasa-basi riang ketika menyambut tamunya.
Namun, senyumnya mulai surut setelah satu dua kalimat pembuka dari tamunya itu. Suasana hatinya langsung berbalik 180 derajat ketika tamu itu mulai menjelaskan secara detail maksud kedatangannya. Sisa-sia kegembiraan malam sebelumnya lenyap seketika tak berbekas. Kejutan pagi itu datang dari Ketua Tim Internal Control dan sukses membuat senyum di bibir Ratna sirna, muka bulatnya merah padam menahan emosi dan malu, tubuh gempalnya bergetar menahan amarah. Kali ini jelas sebuah kejutan yang mengerikan.
Satu jam berlalu, setelah menyampaikan seluruh laporan ke Ratna, Ketua Tim Internal Control undur diri. Meninggalkan Ratna dengan banyak pertanyaan di kepala. Laporan yang baru saja disampaikan oleh tamunya itu sungguh tidak dapat diterima oleh akalnya. Bagaimana bisa? Ini tidak mungkin pikirnya. Tidak mungkin hal itu dilakukan oleh orang yang dia sangat kagumi dan percayai, yang bahkan dalam rapat manajemen perusahaan beberapa pekan sebelumnya dia rekomendasikan untuk mengisi posisi salah satu kepala kantor cabang provinsi yang sedang kosong.
Itu adalah sebuah rekomendasi promosi. Tidak mungkin, karena selama kariernya, tidak pernah satu kali pun dia kecolongan. Tidak secuil pun aset perusahaan hilang di bawah pengawasannya. Bahkan dua tahun terakhir ini kantornya mendapatkan predikat kantor cabang dengan performa kinerja terbaik. Sekarang dia tidak tahu harus berbuat apa menghadapi fakta yang baru saja diterimanya bahwa pria itu telah melakukan fraud dengan estimasi kerugian yang dialami perusahaan berjumlah fantastis.
Suasana hati Ratna pagi itu sungguh tidak karuan, marah, kecewa, sedih karena akan dua hal. Pertama, karena masalah yang baru dia ketahui terjadi di kantornya itu dan, kedua, karena hal itu terjadi hari itu, hari di saat dia merayakan ulang tahunya.
Butuh hampir 15 menit untuk Ratna dapat mengendalikan emosinya. Dia mencoba menenangkan dirinya, mendinginkan kepalanya, karena dia harus segera mengambil tindakan untuk menyelesaikan masalah ini. Ratna memejamkan mata, menarik nafas panjang, menyenderkan tubuhnya di kursi kerjanya yang nyaman. Tangan kanannya sibuk memutar-mutar pena. Dia mencoba me-rewind memorinya akan kejadian malam sebelumnya untuk mengembalikan mood-nya.
“Jadi rapat belum selesai pa? Naik pesawat terakhir?” Ratna berusaha tetap fokus mengendarai mobil sedan mewahnya sembari menerima panggilan telepon dari suaminya. Sebagai seorang pejabat negara suami Ratna lebih banyak menghabiskan waktu di ibu kota. Malam ini suaminya memutuskan untuk ke kota provinsi mengunjungi Ratna.
“Oke pa, nanti mama pesan ke bibi. Biar dibukain pintu sama bibi. Mama kayaknya mau langsung tidur, badan capek banget.” Pembicaraan berakhir setelah satu-dua kalimat lagi.
Ratna kembali menambah kecepatan mobilnya. Dia sedang dalam perjalanan pulang. Selesai jam kantor dia memutuskan untuk menuju tempat fitnes langganannya. Menghabiskan waktu 2 jam meregangkan otot-otonya sebelum pulang ke rumah. Meskipun badannya lelah dia paksakan untuk sedikit berolah raga. Di usianya yang sudah tidak muda lagi, dengan load pekerjaan yang berat, dia harus menjaga tubuhnya tetap bugar untuk bisa menjalanai hari-harinya dengan baik.
Tepat pukul sembilan mobil Ratna telah terparkir rapi di garasi. Setelah berpesan ini itu ke si bibi, pembantunya, dia segera menuju kamar mandi di dalam kamarnya. Membersihkan badannya dengan guyuran air hangat. Segera berganti dengan baju tidur setelahnya. Kemudian menjatuhkan tubuhnya ke kasur empuk king size. Dalam hitungan detik dengkur halus sudah menggema di kamar tidurnya.
Rasanya baru saja Ratna memejamkan mata, suara ketukan pintu kamar membangunkannya. Kepalanya terasa berat. Ratna melirik jam dinding, jam 12. Dengan enggan dia bergerak menuju pintu. Pasti itu suaminya. Kenapa pula suaminya mengetuk pintu segala pikirnya, biasanya juga langsung masuk. Ratna menyipitkan matanya merespon berkas cahaya yang menyeruak masuk begitu pintu kamar dia buka. Ya itu memang suaminya tetapi tidak hanya suaminya juga anak-anaknya beserta keluarganya.
“Selamat ulang tahun sayang!” Suaminya berkata lembut sambil menyodorkan kue ulang tahun lengkap dengan dua buah lilin membentuk angka 50 yang telah menyala.
“Happy birthday to you..happy birthday to you..” Yang lainnya mulai menyanyikan lagu happy birthday diiringi irama tepuk tangan.
Ratna tersenyum, salah tingkah, tidak menyangka keluarganya akan memberikan kejutan seperti ini. Mukanya sumringah, perasaannya membuncah, terutama karena kedatangan anak-anak dan keluarganya dari ibu kota. Maklum karena kesibukan masing-masing, sudah lama mereka tidak saling bertemu, hanya sempat berkabar lewat telepon.
“Terima kasiiiiih.” Ratna segera memeluk suaminya setelah meniup lilin. Kemudian memeluk anggota keluarga yang lain satu-satu, menciumi cucu-cucunya yang kini saling berebut kue ulang tahun.
Beberapa menit kemudian dihabiskan untuk saling melepas kangen. Namun, karena sudah terlalu larut satu per satu cucunya yang masih kecil mulai tertidur, yang lainnya pun terlihat sudah lelah karena telah menempuh perjalanan jauh dari ibu kota. Menyadari hal itu, Ratna pun menyuruh yang lain untuk segera beristirahat. Rumah Ratna cukup besar untuk menampung seluruh anggota keluarga. Masing-masing keluarga mendapat kamar yang layak. Setelah memastikan semua anggota keluarga mendapatkan segala yang diperlukan, Ratna segera kembali ke kamarnya untuk melanjutkan tidur. Suaminya sudah terlebih dahulu masuk ke kamar.
Ratna tidak mendapati suaminya di tempat tidur ketika masuk ke kamar. Belum hilang rasa penasarannya, Ratna dikagetkan pelukan seseorang dari belakang, orang itu mencium tengkuknya, dan berbisik dekat sekali ke telinganya.
“Selamat ulang tahun mama…sekali lagi.”
“Ah..papa ini lo.” Ratna langsung mengenali orang yang memeluknya, itu suara suaminya meski jantungnya sudah terlanjur berdetak kencang karena kaget.
Suaminya memeluknya dengan gemas sembari menggigit-gigit kecil telinganya dan kembali mencium-cium tengkuknya. Ratna menyenderkan tubuhnya ke badan suaminya. Dia tahu suaminya pasti ingin mengajaknya bercinta. Di hari lain dengan kondisi tubuhnya yang sangat lelah seperti ini dia akan spontan menolak cumbuan suaminya. Sayangnya hampir setiap kali bertemu dengan suaminya kondisi tubuhnya selalu sedang tidak prima atau dia sedang tidak mood. Tentu saja itu semua karena kesibukan pekerjaan yang selalu mengeras energi dan pikirannya. Tapi malam itu dia tidak kuasa menolak. www.filmbokepjepang.net Tidak di hari spesialnya. Tidak setelah kejutan yang diberikan oleh suaminya. Jadi malam itu Ratna memutuskan untuk mengikuti permainan suaminya, memejamkan mata mencoba menikmati cumbuan suaminya. Dalam hati dia bertanya kapan terakhir kali dia bersetubuh dengan suaminya? Sudah lama sekali. Untung suaminya selalu bersabar mengalah jika Ratna menolak, tidak pernah memaksa sekalipun. Jadi, sudah sepantasnya dia melayani suaminya malam ini pikirnya.
Tangan suaminya menyelusup melalui bagian bawah baju tidurnya, mengusap lembut perutnya. Jilatan-jilatan mesra dia rasakan di telinganya, membuat sekujur tubuhnya merinding. Tangan suaminya mulai merambat naik, mengusap langsung bagian bawah payudaranya dari pinggir meluncur ke tengah, berulang-ulang. Ratna tidak mengenakan pakaian dalam di bawah baju tidurnya.
Itu sudah menjadi kebiasaannya sejak dulu. Tubuh Ratna dibalik oleh suaminya, mereka saling berhadapan. Di usianya yang dua tahun lebih tua dari Ratna suaminya masih terlihat fit, badan tegap dan rambut cepaknya membuatnya terlihat seperti kaum prajurit. Ratna mendongak menatap wajah suaminya yang sedikit lebih tinggi darinya. Dengan wajah kuyu dia tersenyum penuh arti, mengiyakan ajakan suaminya untuk beranjangsana.
“Terima kasih ya pa atas kejutannya, mama senang banget.” Tangannya melingkar memeluk pinggang suaminya lalu mengecup bibir suaminya dengan lembut.
Mendapat lampu hijau, suaminya langsung mengulum bibir Ratna. Tangan kanannya memegang bagian belakang kepala istrinya sedang tangan kirinya sibuk mengelusi punggungnya. Demi membalas kuluman suaminya, Ratna sedikit membuka mulutnya, menjulurkan lidahnya yang langsung disambut oleh suaminya dengan penuh nafsu. Lidah mereka saling beradu, bibir mereka saling melumat bergantian. Ciuman suaminya bergeser turun ke arah leher Ratna, naik lagi ke arah telinganya, kembali lagi turun melumat bibirnya diselingi dengan jilatan-jilatan kecil membuat separuh wajah Ratna basah oleh air liur. Namun, cumbuan intens suaminya masih belum bisa membangkitkan birahinya, rasa lelah masih menahannya. Sejauh ini Ratna hanya meladeni suaminya demi sopan-santun saja, formalitas.
Menyadari jika istrinya belum sepenuhnya menikmati percintaan ini, suaminya mendorong Ratna ke arah ranjang kemudian menidurkannya di pinggir ranjang. Ratna merasa lebih nyaman berbaring di ranjang meski kakinya masih menggantung di pinggiran ranjang. Kembali suaminya melumat mulut Ratna sembari membuka kancing baju tidur Ratna.
Payudara Ratna yang berukuran ekstra langsung menyembul bebas ketika seluruh kancing berhasil di buka. Ratna menggerakkan lengannya membatu suaminya melepas bajunya yang kemudian dilempar sembarang ke lantai oleh suaminya. Kini ciuman suaminya diiringi dengan remasan di payudaranya. Tangan suaminya menjelajah kedua payudaranya, meremas dan mengelus bergantian hanya menyisakan putingnya yang tidak dijamah.
Ciuman suaminya mulai turun, mengecup-ngecup leher Ratna, semakin ke bawah menjilati belahan dadanya. Lidah suaminya berputar-putar membasahi payudaranya. Sedikit demi sedikit Ratna mulai menikmati permainan ini. Dia baru saja memejamkan matanya ketika suaminya dengan tiba-tiba menyedot keras puting kirinya, memilin-milin puting kanannya.
“Egghhh!” Ratna melenguh tidak dapat ditahan, dadanya membusung, tangannya refleks menahan kepala suaminya. Ngilu rasanya.
Suaminya tidak berhenti. Terus mengulum, menyedot, dan memilin puting Ratna bergantian kanan kiri. Tangan Ratna masih di kepala suaminya namun tidak menahannya, hanya tetap di sana kadang mengelus, kadang menjambak rambut suaminya akibat sensasi yang diterimanya. Tangan suaminya mulai memelorotkan celana tidur Ratna. Ratna sedikit mengangkat pantatnya. Celananya lolos dengan mudah. Tak lama jari suaminya sudah asyik mengusapi pahanya naik turun, kadang meluncur semakin ke dalam, mengusap lembut bagian luar vagina istrinya yang dihiasi bulu-bulu keriting tebal.
Puas mencumbui payudara istrinya, suami Ratna meluncur ke ujung ranjang di antara kedua kaki istrinya itu. Perut Ratna diusap-usap lembut. Jari-jari suaminya kemudian meluncur ke arah bibir kemaluan Ratna.
“Pelan-pelan, Pah,” pinta Ratna. Vaginanya masih kering. Dia takut akan terasa perih jika suaminya bermain dengan kasar.
Suami Ratna hanya mengangguk sembari tersenyum menatap istrinya. Dia kemudian menyibak bulu-bulu dan bibir kemaluan Ratna. Masing-masing tangannya menarik pelan bibir vaginanya ke arah yang berlawanan. Suaminya tersenyum menemukan apa yang dia cari. Tonjolan itu hampir seukuran ujung kelingking orang dewasa. Ya itu klitoris Ratna, suaminya tahu persis itu merupakan tempat paling sensitif di tubuh Ratna. Kepala suaminya menunduk ke arah selangkangan Ratna. Kecupan mendarat di klitorisnya, membuat badan Ratna membusung ke atas, dilanjutkan dengan jilatan-jilatan lembut yang mulai membasahi klitorisnya.
“Hmmmmh..Paahh.” Ratna tak kuasa menahan nikmat. Kakinya refleks mengimpit kepala suaminya.
Cumbuan terus diluncurkan. Jilatan suaminya berubah menjadi sedotan-sedotan ringan ke klitorisnya diselingi dengan jilatan yang mengarah ke lubang vaginanya.
“Aduhh..pahh, teruss…” Ratna mulai merintih-rintih nikmat.
Suami Ratna semakin semangat untuk membangkitkan birahi istrinya itu.
“Aghhhhh!!” Ratna menjerit tertahan. Badannya lagi-lagi membusung tinggi, kepalanya mendongak. Suaminya baru saja menusuk lubang kemaluan Ratna dengan lidahnya. Lidah itu kemudian keluar masuk, menggali-gali lubang kemaluan Ratna, membuat lubang itu berkedut-kedut, melebar menyempit. Klitorisnya kini dimainkan oleh jari-jari suaminya. Kadang diusap, digesek, ditekan, dan dipilin. Suami Ratna mulai merasakan cairan asin keluar dari vagina istrinya itu.
“Ahhh..aggh..ahhh.” Desahan Ratna mulai intens. Tangannya menggerayangi payudaranya sendiri. Jari-jarinya memelintir putinya yang sekarang sudah menonjol dengan sempurna hampir sebesar ibu jari.
“Pahh..masukin dong.” Ratna memohon supaya suaminya segera menyetubuhinya. Tidak hanya karena dia ingin segera meraih kenikmatan puncak itu tapi dia juga ingin segera menyelesaikan permainan ini karena tubuh lelah dan menjadi semakin lemah lunglai dihajar rangsangan suaminya.
Suami Ratna tidak bergeming masih fokus mengoral lubang kewanitaan istrinya itu. Bahkan kini mulai menyelusupkan jarinya ke dalam lubang kenikmatan itu membuat gerakan keluar masuk yang variatif. Mulanya lambat kemudian semakin cepat, kadang keluar masuk kemudian memutar, dan kadang mencungkil-cungkil bagian dalam dinding lubang kemaluan Ratna. Rangsangan juga tak henti-hentinya diterima oleh klitoris Ratna hingga tonjolan itu berkedut-kedut memerah, merekah, basah. Kombinasi ini membuat nafsu Ratna melonjak dengan cepat menuju puncak namun dia menolak untuk mencapainya sekarang. Mati-matian dia menahan orgasmenya. Dia tidak bisa keluar duluan pikirnya. Tidak sebelum menyelesaikan hajat suaminya. Tubuhnya tak hentinya menggeliat. Desahan dan jeritan bergantian memenuhi kamarnya. Rasa nikmat, geli, dan ngilu bercampur menjadi satu membuat Ratna tak berdaya.
“Ahh…ahh…aaaghhh…Pahh udah dong Pah!” Ratna sedikit mendorong kepala suaminya lepas dari selangkangannya tapi dia sudah tidak punya tenaga lagi.
“Clepp…plekk…clepp..slurrpp.” Suaminya justru menyedot klitoris Ratna kuat-kuat sambil menggaruk-garuk bagian dalam lubang vagina Ratna dengan ujung telunjuknya.
“Pahh..ahhgh..masukin Pahh…nanti mama keluar.” Ratna merengek memohon suaminya segera menggagahinya. Ratna berulang terus memohon, membujuk suaminya. Dengan sisa-sisa tenaganya dia menahan luapan nafsunya untuk tidak meledak terlebih dahulu.
Mengetahu istrinya sengaja menahan-nahan untuk tidak orgasme, suami Ratna justru memainkan kemaluan istrinya dengan lebih ganas. Kini jarinya menggesek klitoris sekaligus menusuk-nusuk lubang kemaluannya dengan cepat. Tanpa menghentikan aktivitasnya di kemaluan Ratna, suaminya menarik kepalanya ke atas langsung mengulum puting sebelah kanan Ratna. Tembok pertahanan Ratna bagai digempur dengan bola besi panas. Hancur tak karuan.
“Pahhhh..HAGHHHGGGGHHH..AHHHH…EGHHH!!” Ratna berteriak. Badannya mengejang-ngejang kuat. Tulang-tulangnya serasa dilucuti dari tubuhnya. Kakinya mengimpit keras tangan suaminya yang tak mau berhenti bergerak. Tangannya satu meremas seprei dan satunya meremas kepala suaminya yang masih belum berhenti menyedot-nyedot putingnya. Setelah tertahan begitu lama orgasme itu meledak dengan dahsyat.
“Haahh..hahh..hah..hah.” Nafas Ratna memburu menikmati sisa-sisa orgasmenya. Sesekali badannya masih mengejang. Suaminya sudah berhenti merangsangnya kini memeluk Ratna dari samping sambil mengelus-elus rambut tebal sebahunya
Suaminya mendaratkan kecupan di kening Ratna. “Puas Ma?” Suaminya bertanya menggoda Ratna.
“Hah..hahh..ahh..hahh.” Ratna belum bisa menjawab nafasnya masih terengah-engah. Puas? Jelas dia sangat puas! Sudah lama dia tidak merasakan kenikmatan ini. Namun, di dalam hati dia sedikit mengkal karena suaminya sengaja mengulur-ulur, permainan ini belum akan berakhir padahal dia sudah ingin segera beristirahat.
Tidak mau membuang-buang kesempatan, ketika Ratna masih larut dalam kenikmatan orgasmenya, suaminya diam-diam melepaskan celana pendek kolor yang dia kenakan. Penisnya yang sudah tegang sedari tadi langsung teracung bebas memperlihatkan urat-urat tipis di batangnya. Panjang penis suami Ratna sebenarnya rata-rata, namun diameternya sedikit di atas rata-rata membuatnya terlihat gemuk bagai buah terong. Bulu kemaluannya yang dicukur pendek semakin memperkuat kesan garang si terong. Dengan sigap penis tersebut langsung dilesatkan ke dalam kemaluan Ratna yang telah basah dengan cairan pelumas itu.
“AAAAGHHH!!” Ratna menjerit karena kaget dan ngilu menerima hujaman pusaka suaminya. “Paah…nanti…dulu…stoo…pp…Pah!”
Suaminya justru menggerakkan pinggulnya dengan cepat, mendorong penisnya masuk ke dalam secara penuh ke vagina Ratna kemudian menariknya lagi hingga tersisa ujung penisnya di dalam lubang kemaluan istrinya untuk kembali dilesatkan ke dalam, berulang-ulang dengan cepat.
Jelas saja Ratna merasa ngilu yang tak terperi diberi rangsangan seperti itu tepat ketika dia baru saja selesai mendapat klimaksnya. Namun, tipis-tipis Ratna juga merasakan kenikmatan anek yang merambat naik. Ratna menahan dada suaminya dan mendorong dengan sisa tenaga yang ada. Kali ini dia benar-benar berharap suaminya menghentikan gerakkannya. Ratna sudah tidak kuasa lagi melayani suaminya badanya semakin lemas dan linu setiap kali penis suaminya menghujam lubang kemaluannya.
“Ahhh…ahhh…ahh…ahh.” Ratna kini hanya terbaring lemah, pasrah menerima tusukan demi tusukan kemaluan suaminya karena sudah tidak punya lagi tenaga untuk melawannya.
Suaminya terus menggoyangkan pinggulnya tidak mengurangi kecepatannya sedikit pun. Bahkan kini tangannya sibuk meremas-remas payudara Ratna. Kadang dia menunduk melumat bibir Ratna. Meski lelah, Ratna bukannya tidak menikmati permainan suaminya ini. Rangsangan suaminya ini sungguh memberikan kenikmatan yang luar biasa dan berbaur dengan rasa lelah di badannya justru menimbulkan sensai yang aneh. Ratna kini malah berusaha mengimbangi gerakan suaminya dengan menggerakan pinggulnya tapi sekali lagi tenaganya telah habis. Dia hanya mampu sekali dua kali menggerakan pinggulnya. Tak butuh waktu lama rangsangan yang sangat intens itu jelas saja membuat birahi Ratna melonjak begitu cepat mendekati ambang klimaks.
“Pah…ahh…ahhh…buu…ruan Pah…muncratin.”
“Enak kontol papah ya sayang?” Suaminya justru memanaskan birai Ratna dengan mengeluarkan kata-kata kotor.
“Buruu…an..muncrr..atin Pah.” Suara Ratna terputus-putus karena badannya tak hentinya bergoyang akibat hujaman suaminya. “Mamaa…su…dah tidak…ku..att..aghhh.”
Butir-butir peluh mulai bermunculan di kening suaminya. Tempo gerakan suaminya mulai melambat. Tangannya beralih aktif mengelusi klitoris Ratna bergantian dengan memilin puting istrinya itu.
Gerakan suaminya kini menjadi sangat pelan yang justru membuat Ratna merasakan gerakan penis suaminya dengan lebih seksama hingga terasa getaran-getaran uratnya yang menggelitik dinding-dinding lubang kewanitaannya. Meski penis suaminya menggesek pelan lubang vaginanya, kenikmatan yang dirasakan Ratna sama sekali tidak berkurang. Bahkan tinggal menunggu waktu untuk pertahanannya jebol. Dia sudah susah payah menahannya sedari tadi tetapi tidak ada tanda-tanda suaminya akan segera mencapai klimaks. Tusukan terakhir, suaminya melesatkan seluruh penisnya ke dalam vagina Ratna dan mendiamkannya di dalam. Suami Ratna melenguh kencang menahan kedutan-kedutan vagina istrinya yang terasa nikmat memijat pusakanya. Kadang-kadang terasa empotan-empotan vagina Ratna menyedot penisnya. Meski sudah tiga kali melahirkan lubang kemaluan istrinya ini selalu saja memberikan kenikmatan tersendiri baginya, apalagi, diusianya yang sudah setengah abad Ratna belum mengalami meneupose. www.filmbokepjepang.net Sebuah kebahagian yang selalu disyukuri suaminya.
Dengan penis yang masih tertancap suami Ratna menurunkan badannya sehingga dadanya berhimpitan dengan payudara Ratna. Ratna yang masih terengah-engah gelagapan ketika suaminya melumat habis bibirnya sehingga membuatnya sedikit susah bernafas. Ratna memeluk erat suaminya agar tidak banyak bergerak. Vaginanya terasa gatal dan geli yang teramat sangat. Jika suaminya bergerak sedikit saja pertahanannya akan runtuh. Dia tidak mau mencapai klimaks lagi sebelum suaminya karena Ratna tidak yakin bisa melanjutkan permainan ini jika sekali lagi dia orgasme. Ratna mencoba mengendalikan nafasnya berusaha menurunkan birahinya.
“Mah..gantian di atas dong.” Suaminya berbisik ke kuping Ratna.
Hampir saja Ratna menolaknya saking lelah badannya. Namun, langsung terbesit ide mungkin dia bisa lebih mengendalikan persetubuhan ini jika di atas sehingga bisa segera mengakhirinya. Ratna tersenyum sayu menganggukan kepalanya pertanda setuju.
“Ehhrhrhh.” Ranta mengernyit, matanya terpejam, tangannya meremas sprei menahan sensasi yang dirasakannya ketika suaminya mencabut batang kemaluannya dari vagina Ratna.
Dengan dibantu suaminya Ratna menposisikan tubuhnya di atas badan suaminya yang telah berbaring disampingnya. Ratna menempatkan dirinya di antara paha suaminya. Demi mencari waktu untuk memulihkan energinya, Ratna tidak langsung memasukkan penis suaminya ke vaginanya. Alih-alih dia mulai mengocoknya. Awalnya lambat namun tidak lama langsung berubah menjadi cepat karena Ratna sudah tidak sabar. Penis suaminya yang telah basah oleh cairan vaginanya membuat tangan Ratna menjadi licin sehingga memperhalus gesekan tangannya dengan penis suaminya. Kocokan Ratna sukses membuat suaminya mendesah-desah nikmat. Ratna semakin meningkatkan kecepatan kocokannya.
“Ahh…aghh…ahhh…terus Maahh.”
Ratna tersenyum memperhatikan wajah suaminya yang memerah penuh nafsu.
“Mahh…kulumm dong.”
Ratna awalnya ragu-ragu tapi tanpa diminta dua kali kepala kejantanan suaminya telah habis dilumatnya sembari tidak berhenti mengocok batang pusaka suaminya itu. Tapi tidak lama Ratna sudah merasakan pegal di tangan dan lehernya. Dia segera memposisikan dirinya menduduki penis suaminya. Dengan mudah penis itu meluncur ke dalam vaginanya. Posisi Ratna sedikit jongkok badannya tegak sehingga dapat mengerakkan pinggulnya naik turun. Tangan suaminya segera meraih payudara istrinya yang bergoyang seirama gerakan tubuhnya.
“Aghhh…aghhh…ahhh.” Birahi Ratna yang sudah sedikit tenang kembali menjadi liar.
“Ahh…terus sayang jangan berhenti Mah…ash…ahhh…ah.”
Ratna memepercepat goyangan pinggulnya tapi dampaknya justru kenikmatannya melonjak-lonjak menyundul batas klimaksnya. Ditambah lagi energinya langsung terkuras habis. Badannya ambruk ke depan, kepalanya terkulai di dada suaminya. Sekuat tenaga dia menahan orgasmenya.
“Pahh..capek Pah, sudah ya.” Ratna berkata lirih.
“Bentar lagi ya Mah.” Kini bergantian Suami Ratna yang menggerakan pinggulnya.
Vagina Ratna kembali menjadi bulan-bulanan pusaka suaminya. Gerakan pinggul suaminya langsung mencapai maksimum.
“Pahh..Pahh..Papah!” Ratna memekik panik tak kuasa menahan nikmat.
“PAHHH…AGHHH…AGHHHH…AGHHH!” Tidak dapat dihindari Ratna mendapatkan orgasmenya lagi.
Ratna menekan keras pinggul ke bawah menenggelamkan penis suaminya ke dalam lubang kemaluannya. Meski begitu goyangan suaminya tidak dapat dia hentikan.
“HHAAGHHH….AGHHH…HAAHHH!” Badan Ratna kaku, gelombang kenikmatan ini menggempurnya bertubi-tubi.
Ratna mengerang tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Satu tangannya mengepal memukul-mukul kasur, satu tangan lainnya meremas keras seprei. Matanya terpejam. Badannya terasa kebas. Suami Ratna menarik tubuhnya dari bawah badan Ratna dan membiarkan Ratna dalam posisi tengkurap masih terengah-engah dipenuhi gelombang kenikmatan yang tiada tara.
“Eghhh…eghhh…ghhh.” Teriakan tertahan keluar dari mulut Ratna. Kepalanya terangkat ke belakang. Dia memukul-mukul kasur semakin keras sebagai usaha protesnya untuk menghentikan permainan ini.
Suami Ratna telah memulai kembali aktivitasnya dengan menggagahi Ratna dari belakang. Hujaman penis suaminya di vaginanya dari belakang menimbulkan sensasi baru. Dan seketika itu bagai banjir bandang gelombang kenikmatan berikutnya menghantam kembali dengan keras.
“HHAGGGGGHH….AHHHH….HAHHHHHGGGG!” Ledakan kenikmatan ketiga ini lebih besar dari sebelumnya hingga Ratna tidak mampu lagi menerimanya. Vaginanya terasa meletup-letup. Badanya terasa seperti di remas-remas penuh kenikmatan. Bahkan semburan udara AC di kulitnya saja terasa seperti memberikannya orgasme membuat gelombang kenikmatan yang diterimanya tidak berhenti-henti. Dirinya seperti melayang keluar dari tubuhnya. Badannya terasa ringan. Indra pendengarannya berdenging. Ratna mencoba membuka matanya tapi semuanya menjadi gelap. Ratna kehilangan kesadarannya.
Hanya itu yang dapat diingat Ratna. Dia tidak tahu lagi apa yang dilakukan suaminya setelahnya. Dia juga tidak tahu apakah suaminya berhasil menuntaskan birahinya atau tidak. Ketika bangun Ratna mendapati dirinya dalam pelukan suaminya yang masih tertidur, mendengkur halus. Keduanya tidak mengenakan pakaian selembar pun hanya ditutupi selimut tebal. Ratna sedikit heran karena dia terbangun dalam kondisi badan yang segar hanya terasa sedikit perih di vaginanya. Ratna tersenyum simpul mengingat pergumulan dahsyat semalam dengan suaminya meski terbesit sedikit rasa sesal karena tidak bisa meladeni suaminya hingga selesai.
“Tok…tok…tok.” Ketukan pintu menarik kembali kesadaran Ratna ke pagi itu. Dia sedikit gugup. Lamunannya mengenai kejadian malam sebelumnya mempengaruhinya terlalu jauh. Birahinya sedikit naik. Ratna merasakan celana dalamnya sedikit lembab. Dia segera mengecek kerapian pakaiannya dan membenarkan posisi duduknya.
“Masuk.” Ratna mepersilahkan sang tamu untuk masuk. Siap lagi kali ini pikirnya. Mengingat tamunya sebelumnya, kali ini Ratna menjadi waspada dan bersiap untuk segala kemungkinan. Ratna tersenyum canggung demi melihat orang dibalik pintu, orang-orang tepatnya.
“Selamat ulang tahun…kami ucapkan…” Serempak beramai-ramai stafnya menyanyikan lagu selamat ulang tahun. Sebagian sambil bertepuk tangan. Satu orang bahkan memainkan gitar akustik. Beberapa orang sambil bersuit-suit menggoda. Sekretarisnya yang berdiri paling depan terlebih dahulu masuk ke ruangan mendekati Ratna menyodorkan kue tiratmitsu yang dihiasi sebuah lilin. Ratna bangkit menyambutnya. Satu lagi sebuah kejutan yang menyenangkan diterimanya.
“Terima kasih semuanya.” Ratna mencoba untuk memberikan senyuman terbaiknya untuk semua orang.
Setelah lilin ditiup satu per satu stafnya menyalami Ratna memberikan ucapan selamat. Sambil beramah tamah dengan stafnya pandangan Ratna menyapu seisi ruangan. Orang itu tidak ada batin Ratna, tentu saja tidak ada, dia pasti sengaja menghindar.
Beberapa saat kemudian para staf kembali kemejanya masing-masing. Sekretaris Ratna yang paling akhir keluar ruangan kerjanya setelah membersihkan dan memberesi sisa-sisa kue. Ratna menahannya, memintanya melakukan sesuatu.
“Tolong panggilkan Pak Romli ya!” Pinta Ratna dengan intonasi selembut mungkin berusaha menahan emosinya yang kembali muncul.
“Eh?!” Sekretaris Ratna baru menyadari bahwa orang yang dicari tadi tidak turut serta memberi kejutan kepada Ratna. Dia pun bertanya-tanya kenapa orang tersebut bisa tidak ikut serta. “Baik Bu, segera.”
Ruangan kembali sepi. Ratna menjatuhkan dirinya ke kursi, menghela nafas. Oke kali ini dia sudah lebih siap menghadapi permasalahan yang sedang menimpa kantornya. www.filmbokepjepang.net
-TAMAT-